KAJIAN PENERAPAN KRITERIA KEMATANGAN BUAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DENGAN PENDEKATAN ANCAK BERDASARKAN PERBEDAAN TOPOGRAFI

Detail Cantuman

Text

KAJIAN PENERAPAN KRITERIA KEMATANGAN BUAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DENGAN PENDEKATAN ANCAK BERDASARKAN PERBEDAAN TOPOGRAFI

XML

MUHAMMAD GUSTIANSYAH, KAJIAN PENERAPAN KRITERIA KEMATANGAN BUAH KELAPA SAWIT (Elaeis guneensis Jacq.) DENGAN PENDEKATAN ANCAK BERDASARKAN PERBEDAAN TOPOGRAFI. Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Budidaya Perkebunan dibimbing oleh Aries Sukariawan, S.P.,M.P dan Hardy Wijaya, S.P.
Kegiatan panen yang mendukung produksi CPO optimal dipengaruhi oleh tingkat kematangan buah dan potensi lossis di Lapangan. Ancak panen dengan perbedaan topografi lahan memiliki tingkat kesulitan dalam pemanenan yang berbeda pula. Berdasarkan hal ini maka diperlukan kajian kriteria kematangan buah dan potensi lossis brondolan dalam satu ancak pada topografi yang berbeda.
Penelitian dilaksanakan di Divisi II Kebun Kencana PT. Salim Ivomas Pratama (SIMP) Kabupaten Rokan Hilir, Riau pada bulan November sampai Desember 2020. Desain penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor yaitu faktor topografi lahan (T) dan klaster panen (K). Hasil pengamatan diolah menggunakan analysis of variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji beda nyata DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) dengan taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan komposisi klaster panen pada topografi lahan datar tertinggi terdapat pada klaster A yaitu 36,15% dan terendah terdapat pada klaster D yaitu 10,93%. Pada Topografi lahan bergelombang tertinggi terdapat pada klaster A 33,66% dan terendah terdapat pada klaster D 11,70%. Pada parameter brondolan sesudah diegrek, persentase brondolan terhadap tandan, waktu kutip brondolan dan potensi lossis brondolan dipengaruhi oleh klaster dan topografi. Semakin tinggi klaster panen (brondolan sebelum diegrek) dan semakin miring topografi lahan maka semakin tinggi jumlah brondolan sesudah diegrek, persentase brondolan, waktu kutip semakin lama dan potensi lossis brondolan di lapangan. Hasil korelasi antara brondolan sebelum diegrek dan brondolan sesudah diegrek pada topografi datar yaitu 0,89 berarti memiliki tingkat hubungan sangat kuat, pada topografi bergelombang nilai korelasi 0,95 berarti memiliki tingkat hubungan yang sangat kuat dan korelasi antara brondolan sesudah diegrek dan potensi lossis pada topografi datar yaitu 0,78 berarti memiliki tingkat hubungan yang kuat sedangkan pada topografi bergelombang nilai korelasi 0,90 berarti memiliki tingkat hubungan sangat kuat.


Detail Information

Item Type
Bachelor's Thesis
Penulis
MUHAMMAD GUSTIANSYAH - Personal Name
Student ID
1701189
Dosen Pembimbing
Aries Sukariawan, S.P., M.P - - Dosen Pembimbing 1
Hardy Wijaya, S.P - - Dosen Pembimbing 2
Penguji
Kode Prodi PDDIKTI
Edisi
Published
Departement
Kontributor
Bahasa
Indonesia
Penerbit Institut Teknologi Sawit Indonesia : Medan.,
Edisi
Published
Subyek
No Panggil
2021 Muh K
Copyright
Institut Teknologi Sawit Indonesia
Doi

Lampiran Berkas

LOADING LIST...



Informasi


DETAIL CANTUMAN


Kembali ke sebelumnya  XML Detail