Text
PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN BUAH TERHADAP DINAMIKA BRONDOLAN PADA 3 KELOMPOK TAHUN TANAM KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
XMLDEYVRIO ANTOTHAMA. PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN BUAH TERHADAP DINAMIKA BRONDOLAN PADA 3 KELOMPOK TAHUN TANAM KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.). TUGAS AKHIR Mahasiswa STIPAP Program Studi Budidaya Perkebunan dibimbing oleh Dr. Edy Sigit Sutarta dan Aries Sukariawan, S. P., M. P.
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman perkebunan yang sekarang ini banyak diusahakan baik oleh petani pekebun maupun perusahan. Penentuan waktu panen kelapa sawit biasanya didasarkan pada tingkat kematangan buah yang sering disebut fraksi, panen kelapa sawit merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan tanaman kelapa sawit. Kriteria matang panen merupakan indikasi yang membantu pemanen untuk memotong buah pada saat yang tepat.
Penelitian dilaksanakan di kebun Tanjung Jati PT. Perkebunan Nusantara II, Sumatera Utara. Penelitian ini berlangsung pada bulan Februari 2021 sampai Maret 2021. Penelitian ini menggunakan desain rancangan acak kelompok (RAK) faktorial. Faktor yang pertama adalah tahun tanam yang berbeda yaitu 2005, 2010, 2015, dan faktor yang kedua yaitu tingkat kematangan yang dibagi menjadi 5 taraf. Satu tahun tanam dibagi menjadi 5 tingkat kematangan buah dan menggunakan 10 ulangan. Pengujian parameter disusun pada daftar analisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) taraf 5% apabila berbeda nyata.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah brondolan sebelum diegrek dan sesudah diegrek berbeda signifikan terhadap perlakuan tingkat kematangan buah dan tidak berbeda nyata terhadap perlakuan tahun tanam. Terdapat korelasi yang sangat kuat (r = 0,9304) antara jumlah brondolan sebelum dan sesudah diegrek artinya brondolan sebelum diegrek sangat mempengaruhi jumlah butir brondolan yang akan dihasilkan sesudah diegrek. Komposisi (%) brondolan terhadap tandan pada T1 (tahun tanam 2015), T2 (tahun tanam 2010) dan T3 (tahun tanam 2005) berbeda nyata terhadap masing-masing tingkat kematangan buah. Dengan persentase tertinggi terdapat pada K5 yaitu (8,99-12,24%) dan persentase terendah berada pada K1 yaitu (0,32-0,51%). Komposisi brondolan berbedanya terhadap perlakuan tingkat kematangan buah tapi pada perlakuan tahun tanam tidak berbeda nyata. Berdasarkan hasil korelasi tinggi bantingan dengan masing-masing tingkat kematangan buah disimpulkan bahwa tinggi bantingan tidak terlalu berpengaruh terhadap jumlah brondolan karena nilai korelasi yang dihasilkan yaitu (0,12 – 0,52). Hal ini menunjukkan bahwa persentase komposisi brondolan (%) tidak bergantung pada tinggi bantingan tapi bergantung pada tingkat kematangan.
Detail Information
Item Type |
Bachelor's Thesis
|
---|---|
Penulis |
DEYVRIO ANTOTHAMA - Personal Name
|
Student ID |
1701013
|
Dosen Pembimbing | |
Penguji | |
Kode Prodi PDDIKTI | |
Edisi |
Published
|
Departement | |
Kontributor | |
Bahasa |
Indonesia
|
Penerbit | Institut Teknologi Sawit Indonesia : Medan., 2021 |
Edisi |
Published
|
Subyek | |
No Panggil |
2021 Dey P
|
Copyright |
Institut Teknologi Sawit Indonesia
|
Doi |